Dalam kitab kejadian pasal 9, bercerita mengenai masa tua Nuh setelah air bah surut, sepertinya Nuh mempunyai kebun anggur, saat itu alkitab bercerita bahwa Nuh terlalu banyak minum anggur sehingga ia mabuk dalam keadaan telanjang di kemahnya. Alkohol yang memabukannya itu membuka pintu bagi kutuk.
Minuman beralkohol merupakan minuman yang dapat membawa seseorang berbuat dosa, dan dosa membawa kutuk. Bukan berarti kita tidak boleh meminum minuman beralkohol, tapi jangan kita meminum alkohol secara berlebihan, sehingga kita tidak bisa menguasai diri.
Kejadian 9: 18-27, Nuh mengutuk anak bungsunya (merujuk kepada Kanaan = Younger Son-beno haqqatan berarti anaknya/cucunya yang terkecil (Heryanto,2003))
... berkatalah Nuh, terkutuklah Kanaan, hendaknya ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya."
Ini merupakan permulaan kutuk dalam keluarga.
Ini merupakan permulaan kutuk dalam keluarga.
Pada Kejadian pasal 9, sebenarnya tidak dijelaskan secara detil mengapa Nuh mengutuk Kanaan cucunya, banyak persepsi dan jika kita membaca cerita ini di alkitab sepertinya Ham yang dikutuk oleh Nuh, banyak pendapat mengatakan Ham dikutuk melalui anaknya Kanaan, namun Menurut Yohanes Heryjanto (2003) dalam bukunya "Menjadi Pemenang, Ham (anak kedua Nuh) hanya menyaksikan Kanaan dan Nuh melakukan tindakan tidak senonoh yaitu tindakan Homoseksual, Ham kemudian menceritakannya kepada saudaranya Sem & Yafet. Sem & Yafet berjalan mundur karena mereka tidak mau melihat perbuatan yang sangat menjiijikan itu. Setelah Nuh sadar dari mabuknya, ia kemudian mengutuk perbuatan Kanaan.
Kutuk dapat menurun, dalam kel 20:5,".. Aku Tuhan Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat dari orang-orang yang membeci aku."
Allah menghancurkan Sodom & Gomora karena dosa homoseksual. penduduk Sodom & Gomora ini juga adalah keturunan Kanaan, yang pertama melakukan dosa seksual tersebut.
Saat saya mengikuti pertemuan PERKI (Persekutuan Kristen Indonesia) se-eropa di jerman, kami sedang menyantap makan siang sambil mengobrol santai, seseorang menanyakan kepada saya dengan nada sedikit bercanda, "Rudolf, maaf ini, kenapa orang Papua itu terkenal suka mabuk & "main perempuan" ya?. Sebagai orang Papua saya membela identitas saya, saya mengatakan bahwa mabuk-mabukan itu kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya lapangan kerja sehingga tingkat stress meningkat dan terkadang "diobati" dengan cara yang salah yaitu alkohol, mengenai "main perempuan", saya mengatakan bahwa kebanyakan para "PSK" itu didatangkan dari luar Papua dan (maaf) kebanyakan dari Manado (saya sedikit menyerang balik karena yang bertanya itu kebetulan orang manado), tetapi itu adalah image orang Papua dulu, orang Papua sekarang tidak seperti itu dan sudah banyak yang pintar-pintar dan takut Tuhan, tutup saya yang disambut tertawaan semua yang mendengar percakapan tersebut.
Alkohol memang menjadi permasalahan serius yang saya lihat di Papua (Jayapura), tempat kelahiran saya. Banyak yang meminum alkohol secara berlebihan hingga mabuk berat dan tidak sadar diri, tentu hal ini memicu banyak tindakan negatif karena mereka tidak dapat mengontrol diri, seperti apa yang sudah terjadi pada Nuh, dan Kanaan, bukan hanya dosa seksual, tetapi juga dosa lainnya seperti kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan, perkelahian dan lain sebagainya. Hal-hal ini bisa jadi pintu masuk yang membawa Kutuk, sehingga kehidupan menjadi sengsara dan tidak diberkati Tuhan.
Namun, belum terlambat untuk bertobat, untuk mematahkan kutuk, yaitu dengan berpaling kepada Tuhan.
Yesaya 1:18, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."
Kutuk dapat menyerang generasi-generasi selanjutnya. Mata rantai kutuk dapat dipatahkan, yaitu melalui Darah Yesus (Gal 3:13-14).
Kutuk dapat menyerang generasi-generasi selanjutnya. Mata rantai kutuk dapat dipatahkan, yaitu melalui Darah Yesus (Gal 3:13-14).
Jauhi kutuk, patahkan kutuk, dan terimalah berkat Tuhan.
No comments:
Post a Comment