Sunday, April 10, 2016

Sekilas Tentang Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS

Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi atau disingkat ANEKA. Demikian materi nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dibuat oleh Lembaga Administrasi Negara atau LAN dan menjadi materi dasar diklat prajabatan ASN. Kelima nilai dasar ini di harapkan tertanam di sikap dan perilaku setiap ASN dan setiap pekerjaan yang dilakukannya hendaklah didasari oleh kelima nilai ini.

Kelima nilai ini sebenarnya berkaitan satu dengan yang lainnya atau nilai yang satu mendukung nilai lainnya. misalnya dengan menerapkan komitmen mutu, ASN juga dapat dikatakan menerapkan akuntabilitas. Sebagai contoh bekerja sesuai SOP bisa dikatakan Akuntable, namun dalam SOP itu sendiri pastilah dibuat dengan dilandasi nilai Komitmen Mutu. Dengan menerapkan Akuntabilitas dan Komitmen Mutu, seseorang dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya Korupsi. Nilai nasionalisme dan etika publik pastilah tertanam pada seseorang yang bekerja dengan menerapkan ketiga nilai tersebut, walaupun tidak mutlak ada.

Etika Publik sangatlah penting bagi pelayan masyarakat, nilai ini yang menurut saya dapat menaikkan dan menurunkan citra seorang PNS/ASN. Etika Publik berkaitan dengan keramahan, sopan-santun, sikap peduli, respek, responsif, tidak diskriminatif dan lain sebagainya. Nilai etika publik penting karena etika publiklah yang secara langsung dapat dinilai oleh masyarakat. Seorang ASN yang diberi tanggung jawab berhadapan langsung dengan masyarakat hendaklah yang benar-benar memiliki etika publik yang baik.

Bagi saya, menjadi ASN adalah sikap nasionalisme. Walaupun tidak semua ASN memiliki jiwa nasionalisme. Nasionalisme pada materi diklat prajab LAN ini berkaitan dengan nilai-nilai pancasila yaitu sila pertama sampai sila ke-lima. Jika Nasionalisme harus diterjemahkan dengan sila-sila pancasila, menurut saya Pancasila itu sendiri terlalu luas maknanya dan nasionalisme adalah salah satu maknanya. Anda bisa menterjemahkan sendiri apa itu nasionalisme. Jika kamu meng-kritik atau memberi dukungan terhadap pemerintah, kecintaan terhapap lingkungan sekitar, bahkan perasaan sebagai bagian dari bangsa/negara Indonesia bisa saja disebut sikap nasionalisme.

Penerapan nilai-nilai ANEKA selain berkaitan dengan individu juga berkaitan dengan organisasi/instansi tempat individu itu bekerja. Keberhasilan/kegagalan penerapan nilai ANEKA tentu juga berkaitan dengan individu dan organisasi tersebut. Apakah organisasi mendukung penerapan nilai-nilai ANEKA atau bahkan anti nilai-nilai tersebut dan bagaimana konsistensi seorang PNS dalam penerapan nilai ANEKA dimaksud.


Monday, June 8, 2015

Pahlawan Kesiangan Sepakbola Indonesia

Seperti anak kecil yang berkelahi, saling adu hebat, siapa yang paling jago. Mungkin itulah gambaran perseteruan antara MENPORA Imam Nahrowi dan PSSI dengan ketua umumnya La Nyala Mataliti. Alih-alih untuk pengembangan sepakbola nasional, lebih terlihat perseteruan ini mengarah ke siapa yang bisa menguasai sepakbola. PSSI dan antek-anteknya ataukah orang-orang baru yang di koordinir Menpora. Menpora yang tiba-tiba muncul dan mengklaim diri menjadi orang yang paling mengerti sepakbola dengan BOPI sebagai tim teknis-nya seperti bencana bagi Pecinta sepakbola nasional. Bagaimana tidak, kompetisi ISL yang sudah dinanti-nanti jutaan pecinta sepakbola nasional dibuat tidak jelas, tertunda-tunda dan pada akhirnya pun dibatalkan!.

Dengan alasan pembenahan sepakbola banyak yang harus dikorbankan, atau memang perlu pengorbanan untuk pembenahan sepakbola kita. Pertanyaannya apakah sepakbola kita tidak pernah berbenah? atau apakah sepakbola kita belum ada kemajuan? mungkin benar kita semua berharap Timnas Indonesia lebih berprestasi, terus apa yang salah? penguatan Timnas Indonesia tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu "kecerdasan" untuk menangani Timnas, selain kecerdasan, Timnas harus dibentuk dengan obyektif dan bersih dari kepentingan. Tapi apa yang dilakukan Menpora benar-benar sungguh aneh, Penguatan Timnas tidak terlepas dari penguatan pemain dan kompetisi lokal, kompetisi ISL walaupun belum 100% dikelola dengan baik, namun sudah terlihat perbaikan dari tahun ke tahun. Penghambat kemajuan kompetisi lokal justru datang dari internal, seperti munculnya liga tandingan IPL beberapa tahun yang lalu. Munculnya liga tandingan IPL tidak bisa menipu masyarakat, terlihat kualitas liga yang jauh dari ISL dan kurang semarak, bahkan wakil IPL yang mewakili Indonesia di ajang AFC Cup Persibo Bojonegoro menjadi bulan-bulanan tim dari negara lain, sungguh memalukan.

Menpora tidak belajar dari kejadian di masa lalu, ISL yang diprakarsai PSSI mungkin belum sempurna, tetapi perbaikan bukan berarti menghancurkan dan mulai dari awal. Jika nama Menpora ingin dicatat dalam sejarah, nama Imam Nahrawi sudah berhasil tercatat dalam sejarah sepakbola Indonesia, Sejarah Kelam Sepakbola Nasional!.

Persipura Jayapura. Penuh Prestasi dan membanggakan


Belajar Dari Tim Terhebat!

PSSI dan Menpora harus berkaca dari Persipura Jayapura, Persipura penyandang gelar tertinggi sepakbola Indonesia tebanyak di negri ini. Juara ISL 3 Kali dan Juara Liga Indonesia 1 kali. Satu-satunya tim Indonesia yang berhasil melangkah hingga ke semifinal AFC Cup. Membawa harum nama bangsa dan mengangkat citra Sepakbola nasional. Persipura yang bernaung dibawah PSSI dan FIFA bukan tim yang dibentuk dengan instan tim ini butuh proses pengembangan dan semakin baik dari tahun ke tahun. Persipura tidak pernah jauh dari Juara dan Runner-up, kalaupun tidak Juara Persipura pasti menjadi Runner Up. 

Persipura bisa dijadikan contoh pengelolaan Sepakbola yang baik. Prestasi bukan sekedar Slogan dan Janji, Prestasi harus dibuktikan dan untuk mengejar Prestasi harus ada perbaikan dari hari ke hari. Persipura adalah tim yang tidak pernah MEROMBAK TOTAL timnya, bahkan beberapa pemain Persipura sudah bermain bersama lebih dari 10 tahun. Persipura Jayapura tidak pernah kekurangan pemain hebat, bahkan berlebih, beberapa bintang sudah dihasilkan Persipura bahkan tetap menjadi bintang saat sudah tidak memperkuat Persipura, Titus Bonai, Patrich Wanggai, David Laly, Victor Pae, bahkan sudah tidak dibutuhkan tim Persipura bukan karena mereka tidak hebat, tapi karena di Persipura sudah terlalu banyak dihuni pemain hebat. Pembinaan usia muda Persipura pun berhasil, karena dari tahun ke tahun pemain muda Persipura selalu muncul dan di promosikan ke tim senior.

Menpora harus berkaca dari Persipura, MEROMBAK TOTAL pengelolaan sepakbola tidak akan membuat sepakbola itu sendiri maju. Benar kata pemain naturalisasi Greg Nwokolo, anda saja Imam Nahrawi itu pemain Bola, mungkin ia bisa lebih mengerti. Membekukan PSSI yang adalah naungan para pemain tentu mematikan karir pemain sepakbola. Apalagi hanya karena kekerasan kepala PSSI yang memanjakan dua tim jawa timur Persebaya dan Arema Cronus dan Menpora yang bersih keras melarang dua tim tersebut. PSSI keras kepala, Menpora mau jadi pahlawan kesiangan, yang dikorbankan ribuan orang, perseteruan dua "bocah" membuat runtuh menara sepakbola yang sudah dibangun lama.

Hanya karna dua club "bermasalah", banyak orang jadi korban, bahkan sebuah club Persipura Jayapura yang sering membawa harum nama bangsa dan sedang berjuang di AFC Cup harus dikorbankan, apalagi lawan mereka di 16 Besar asal Malaysia Pahang FA ketawa cengingisan karena tidak perlu bertandang di stadion Mandala Jayapura, apalagi peluang menang mereka melawan semifinalis AFC Cup Persipura sangat-sangat tipis. Benar kata Ferinando Pahabol, "negara lain bisa kami kalahkan, tetapi kami dikalahkan negara sendiri",sungguh tragis!. Bermain sepakbola adalah passion dari pemain, menghambat mereka untuk bermain adalah pelanggaran terhadap hak asasi pemain bola. Banyak yang dikorbankan, terutama pemain, mereka perlu pekerjaan yaitu bermain bola. Menpora telah merenggut hak mereka.

Thursday, May 29, 2014

Pilihan Sulit Tapi Pasti Di Pilpres 2014?

Pada Pemilu Presiden mendatang, masyarakat hanya di perhadapkan oleh dua pilihan. Peluang kedua capres menjadi 50:50 untuk terpilih menjadi pemimpin negri ini 5 tahun kedepan. Jokowi dan Prabowo, hanya 2 calon Presiden kita. Siapakah yang akan saya pilih? Siapa yang akan membawa perubahan positif bagi negri ini? atau setidaknya siapakah yang bisa membawa perubahan positiv yang setidaknya bisa saya rasakan di sekitar saya?

Pada tahun 2009 lalu, Prabowo pernah maju menjadi cawapres dari Ibu Mega. Puji Tuhan mereka tidak terpilih dan akhirnya kalah dengan pasangan SBY-Budiono. Tahun ini Pak Prabowo maju lagi bukan sebagai cawapres, tetapi sebagai Calon Presiden.

Beberapa waktu belakangan, masyarakat punya idola baru yang terkenal dengan blusukan dan ciri khas kerendahhatiannya. Setidaknya itulah yang kita lihat di TV. Pak Joko Widodo atau Pak Jokowi, berangkat dari keberhasilannya memimpin solo, terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta dan saat ini naik kelas menjadi Capres dan bukan tidak mungkin akan menjadi pemimpin kita.

Ditengah media yang tidak lagi netral dalam pemilu. Apakah saya hanya mengandalkan feeling untuk pilpres nanti? Sebagai orang Papua, tentu saya akan memilih Capres yang akan membawa perubahan positiv bagi daerah saya. Setidaknya yang saya damba-dambakan adalah tercapainya kedamaian, pendidikan yang lebih diperhatikan dan kesejahteraan. Tentu hal-hal tersebut adalah dambaan seluruh pihak. Yang perlu di-soroti adalah tercapainya kedamaian di bumi cenderawasih dan keadilan bagi masyarakat Papua.

Thursday, April 3, 2014

Akhirnya Papua Resmi Ditunjuk Sebagai Tuan Rumah PON XX Tahun 2020

Foto : Atlit Angkat Besi Wanita Indonesia asal Papua Lisa Rumbewas (http://uwlyve.files.wordpress.com/2010/03/lisa1.jpg)

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memastikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020. Pengajuan sebagai tuan rumah diikuti sebanyak enam tempat, yakni Aceh, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Makassar, Bali dan Papua. Papua kemudian terpilih dengan 66 suara, sedangkan Bali dan Aceh mendapatkan 46 suara.

Dengan terpilihnya Papua sebagai tuan rumah PON XX, sepertinya pemerintah mulai sadar akan pentingnya pemerataan pembangunan, juga di bidang Olah Raga. Dari 18 PON yang telah dilaksanakan, 13 diantaranya dilaksanakan di Pulau Jawa dan 8 diantaranya adalah di Jakarta. 3 kali di Pulau sumatera yaitu Medan, Palembang dan Riau, satu kali di Sulawesi yaitu di Makassar dan satu kali di Kalimantan yaitu di Samarinda. Perhelatan PON XIX kembali akan dilaksanakan di Bandung pada tahun 2016 nanti, sedangkan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia melalui Menpora menunjuk Papua sebagai tuan rumah PON XX tahun 2020.

Entah bermuatan politis atau tidak, ditunjuknya Papua sebagai tuan rumah PON 6 tahun mendatang tentu merupakan kabar gembira bagi kami masyarakat Papua. Papua harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menunjukan bahwa Papua adalah ladang atlet terbaik yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain infrastruktur yang digadang-gadang membutuhhkan dana sekitar 9 T dan rencananya akan dibantu pihak swasta, Papua juga harus mempersiapkan atlit-atlit terbaiknya sedini mungkin yang dipersiapkan untuk membangkitkan kejayaan olah-raga Papua bukan hanya di cabang sepakbola saja.

Friday, November 29, 2013

Refleksi: 1 Desember Yang Penuh Damai

Pagi hari ditanggal 1 Desember, saya agak lupa ditahun berapa, yang saya ingat saat itu bukan jamannya Pak Harto dan saat itu Bapak Theys Eluay seorang "Martir Papua" belum dibunuh oleh anggota kopassus. Jika Soeharto lengser tahun 1998 dan Theys Eluay dibunuh dibulan november 2001, maka kemungkinan saat itu tahun 1999 atau tahun 2000.

Pagi itu sangat ramai, kira-kira pukul 06.00, rumah saya memang tepat dipinggir jalan dan dekat dengan persimpangan ke arah kota Jayapura, sehingga saya melihat ribuan orang berjalan menuju kota Jayapura, mereka sedang berjalan ke taman IMBI, tepatnya di depan gedung kesenian Jayapura untuk mengikuti peringatan tanggal 1 Desember dan pengibaran bendera Bintang Kejora. Waktu itu almarhum Bapak saya, Bapak Erens Bonay, seorang pensiunan TNI, seorang veteran perang dan seorang saksi/pelaksana PEPERA di Papua, bergabung dengan kerumunan tersebut dan berjalan menuju kota jayapura, sayapun segera bergegas mengikuti bapak berjalan dipagi hari itu, kami juga ingin mengikuti peringatan hari yang spesial bagi orang Papua itu.