Saturday, July 13, 2013

Menciptakan Iklim Pendidikan Yang Kondusif

Persoalan mendasar yang sangat mempengaruhi kemajuan bangsa seperti Pendidikan dan Kesehatan memang kurang populer dibandingkan persoalan hukum dan Politik di Indonesia. Pendidikan adalah persoalan vital yang perlu diperhatikan demi kemajuan suatu bangsa, hal ini yang disadari oleh kaisar Hirohito dari jepang ketika baru saja kota Hiroshima dan Nagasaki di bombardir oleh Amerika. Bukan berapa prajurit atau tentara yang ia tanyakan jumlahnya, tetapi berapa jumlah guru yang tersisa. Ia sadar betul guru adalah profesi vital untuk kemajuan negrinya.

Jepang tidak memiliki minyak atau tambang yang melimpah, SDA mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan sumber daya alam (SDA) Indonesia. tetapi jika melihat pendapatan negara tersebut, jumlah pendapatan negara kita sangat jauh dari mereka. Apa yang salah dengan Indonesia? satu hal, kualitas Sumber daya Manusia (SDM) kita kalah jauh dengan kualitas sumber daya manusia jepang. Hal ini membuktikan bahwa SDA yang melimpah tidak menjamin kemajuan suatu bangsa, bahkan dengan sumber daya alam yang minim, namun dengan sumber daya manusia yang berkualitas dapat memajukan suatu negara.

Pendidikan yang baik berkaitan dengan tenaga pengajar (Guru, Dosen) yang baik pula, peningkatan kompetensi guru adalah hal yang perlu lebih serius diperhatikan oleh pemerintah. Kurikulum atau materi pelajaran sebaik apapun, tidak akan tersampaikan dengan baik jika yang menyampaikan (guru) tidak memiliki kompetensi yang baik. Tenaga pengajar haruslah memiliki kompetensi yang baik dan harus mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah.

Tenaga pengajar hendaklah menjalankan tugasnya dengan profesional dan menyadari bahwa kemajuan didikannya adalah tujuan utama pekerjaannya. Dari hal kecil yang saya amati, banyak tenaga pengajar menjalankan tugasnya hanyalah sebagai rutinitas, asal mengajar, asal terima gaji.

Hal-hal kecil yang sering terjadi di kampus seperti, tidak hadir tepat waktu, membuang-buang waktu dengan celotehan diluar mata kuliah, mengubah jadwal kuliah seenaknya, memberi materi seenaknya (se-simple mungkin, sesedikit mungkin), tidak ada jam berkunjung di pintu ruang dosen, menganggap mahasiswa sebagai suruhan/bawahan, dsb., sepertinya sudah menjadi hal yang dianggap biasa dan lumrah yang terjadi di beberapa kampus di Indonesia.

Hal-hal tersebut menurut pandangan saya merupakan hal yang tidak profesional dan sebaiknya diperbaiki. Dosen dan mahasiswa bukanlah atasan dan bawahan melainkan rekan yang saling menghormati. Dengan menciptakan iklim pendidikan seperti ini, mahasiswa akan merasa nyaman untuk mencari ilmu dari dosennya ataupun mengutarakan pendapatnya kepada dosen.

Bukan hanya permasalahan harga minyak atau tambang, masalah hukum dan politik, tetapi sebaiknya kita mulai memikirkan hal mendasar mengenai budaya pendidikan kita, mengenai tenaga pendidik indonesia dan mengenai sistem pendidikan, yang sebaiknya benar-benar menjadi prioritas kita dalam membangun suatu bangsa.




No comments:

Post a Comment